GERAM AKIF
(GERAKAN MANUSIA MENULIS ADALAH REAKTIF DAN FITRAH)
Oleh Lilis Nurhasanah
Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang Maha bijaksana
lagi Maha Mengetahui. Allah Menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna dan
bentuk yang sebaik baiknya, lalu Allah turunkan sifat-sifat-Nya kepada manusia
sehingga manusia mempunyai rasa sayang dan menyayangi, bijaksana dan selalu
penasaran terhadap apapun. Kenapa selalu penasaran.? Karena ada suatu respon
dari otak, manusia berfikir “bagaimana ko bisa seperti itu.?” “kok bisa sih.?”
Ada rasa penasaran. Selain itu Allah menciptakan Makhluk ini dengan special yaitu
diberikannya akal, tujuannya untuk bisa membedakan mana yang baik dan yang
benar, untuk beriman bahkan bisa melebihi keberimanan makaikat.
Dalam dilihat dari
beberapa kasus memang sedikit banyak manusia yang melakukan hal yang salah atau
keluru dalam berprilaku sehingga ada cap,
labelling atau judgment dari
manusia itu sendiri. Namun kali ini penulis membahas tentang apa yang dimiliki
oleh manusia merupakan suatu potensi yang bisa dikembangkan. Contohnya dengan
menulis. Menulis adalah suatu kreatifitas manusia yang tidak semua manusia bisa
dan mau untuk melakukannya. Disamping itu pun bakat dan minat sebagai motiv mendasar. Itulah yang disebut fitirah
manusia adalah mempunyai potensi dan potensi itu bisa untuk dikembangkan. Semuanya
mempunyai potensi masing masing dan Allah pun menakarnya dengan sesuai
porsinya, tujuannya tidak untuk saling mencela satu sama lain tapi untuk
mendukung bahkan untuk berkolaborasi untuk menaklukan dunia dan akhirat. Ada
yang suka menulis, ada yang suka menyanyi, menari, membaca, berdiskusi, dll.
Ada beberapa yang akan dibahas yaitu hakikat manusia dalam perspektif Alquran
dan perpsektif para ahli.
A. Pengertian Manusia
Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia manusia berarti makhluk yang berakal budi. Sedangkan dalam
Al’Quran manusia dapat diartikan sebagai insanul kamil yang berarti yang
sempurna.
Sigmund
Freud mengemukakan sebagai berikut.
1.
Manusia pada dasarnya bersifat
pesimistik, deterministik, mekanistik dan redukasionostik.
2.
Manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, dorongan biologis dan
pengalaman masa kecil.
3.
Dinamika kepribadian berlangsung melaui
pembagian energi psikis kepada Id, Ego dan Superego yang berifat saling
mendominasi.
4.
Manusia memiliki naluri-naluri seksual
(libido seksual) dan agresif, naluri kehidupan (eros) dan kematian (tanatos).
Manusia adalah ciptaan
yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Manusia diciptakan untuk
menjadi khalifah atau pemimpin dibumi, atau bahkan kiranya di seluruh semesta
ciptaan Tuhan. Apa artinya predikat “paling indah” dan “paling tinggi” itu?
Keindahan artinya rasa senang dan bahagia. Dengan demikian predikat paling
indah untuk manusia dapat diartikan bahwa tiada satupun ciptaan Tuhan yang
menyamai keberadaan manusia yang mampu mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan
di manapun dan pada saat apapun, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi makluk
lain.
Diri manusia memang
indah, baik fisiknya maupun dasar-dasar mental dan kemampuannya. Lihatlah
keadaan fisik manusia. “seburuk buruknya keadaan fisik seseorang masih jauh
lebih baik, atau lebih indah daripada seekor binatang yang paling cantik
sekalipun”. “indah” disini di maksudkan bukan semata-mata dilihat dari segi
bentuk atau wujud penampilannya, tetapi lebih lagi dari sisi maknanya. Misalnya
seorang manusia dan seekor burung sama-sama mempunyai mata, tetapi mata manusia
memiliki makna jauh lebih luas, lebih tinggi, lebih kompleks, dan lebih
komplit.
Demikianlah kiranya
seluruh piranti dan kelengkapan yang ada pada diri manusia. Segenap pancaindra,
mulut, tangan, kaki, otak dan bahkan rambut, kulit, kuku, gigi, dan lain
sebagainya yang melekat pada manusia memiliki makna yang jauh melebihi apa yang
dimiliki oleh binatang.
Gambaran selintas
tersebut baru menyusuri aspek fisik manusia, belum lagi tentang fungsi mental
dengan berbagai kemampuannya, seperti berpikir, mencipta, bertenggang rasa,
berintrospeksi, berkeyakinan dan lain sebagianya. Tentu saja aspek mental ini
tidak dapat dipisahkan dari aspek fisiknya; keduanya mesti berada dalam
kesatuan yang membentuk diri manusia yang hidup dan berkembang kesatuan mental
fisik manusia itu terlebih lagi mengukir keindahan manusia dibandingkan
makhlukmakhluk lain.
Teori
menurut Calr R. Rogers
Menurut pandangan pendekatan Person
Center Therapy (Carl R. Rogers) pada dasarnya manusia itu bersifat positif,
makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi
kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), manusia
itu baik dan dapat dipercaya, konstruktif tidak merusak dirinya dan berorientasi ke masa yang akan datang dan
selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Manusia
cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami bahwa
organisme akan mengaktualisasikan kemampuanya dan memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Manusia pada dasarnya bermanfaat dan berharga dan
dia memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi sebagai hal yang baik bagi
dirinya, perilaku manusia pada dasarnya berjalan sesuai dengan persepsinya
tentang medan fenomenal dan individu itu mereaksi medan itu sebagaimana yang
dipersepsi. Oleh karena itu, persepsi individu tentang medan fenomenal bersifat
subjektif.
B. Hakikat Manusia Menurut
Pandangan Islam
Dalam
agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam
1. Sebagai Hamba Allah
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).
2. Sebagai al- Nas
Dalam
al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain
atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan,
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya
(baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut
“Hai
sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada
keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta
satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).
“Hai
manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS: Al Hujurat :13).
3. Sebagai khalifah Allah
Telah
disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka
bumi.(baca fungsi alqur’an bagi umat manusia)
“Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
Sebagai
seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung
jawabannya kelak di hari akhir.
4. Sebagai Bani Adam
Manusia
disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh
Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati
nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah
SWT berfirman
“Hai
anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).
5. Sebagai al- Insan
Tidak
hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al
insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud
berikut ini
“Dan
jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut
dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).
6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia
juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki
raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk
hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan
tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami
kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus
dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Segala
hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat
menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya. (baca juga fungsi
agama dalam kehidupan manusia dan hidayah Allah kepada manusia)
KESIMPULAN
Manusia
adalah makhluk yang sempurna yang memikili akal pikiran, memiliki potensi yang bisa
dikembangkan. Memiliki bakat dan minat untuk memnuhi kebutuhannya. Maka salah
satu nya adalah menulis Namun dalam menerima dan menejalankannya sebagai hamba kepada Allah
yang Maha Memberi dan Maha Pencipta yang paling baik perlu untuk memiliki rasa
bersyukur. Hal hal yang bersifat religiouspun harus selalu di integrasikan
kepada kehidupan sehari-hari.
REFERENSI
Corey, Gerald.
2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Jones, Richard Nelson. 2006. Teori
dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Di upload pada tanggal 6 Juni 2018